Sabar

Sabar sabar sabar, kata itu yang selalu dibisikkan di telinga gue sama mama.

Sabar menjalani hidup ini, 
Sabar dengan keadaan yang tertekan ini, 
Sabar dengan kondisi keuangan yang makin mencekik, 
Sabar dengan realita hidup ini yang kadang membuat air mata menetes ini.

Saya diam bukan berarti tidak berani melawan, 
bukan berarti saya lemah, 
bukan berarti saya tidak mampu bertindak layaknya orang kebanyakan. 

Memaklumi kondisi lingkungan kerja yang amat berubah, 
sabar menjadi bawahan yang selalu dicari titik kelemahannya, 
mungkin cuma perasaan egois saya tapi memang itu yang saya rasakan.

Ada orang yang baik di depan namun mungkin dibelakang taunya menjelek2an kita, namanya dunia semua banyak kebohongan apalagi di dunia kerja
dan banyak segelintir orang yang memasang topeng kepolosannya.

Takut, ada perasaan takut putus kuliah ditengah jalan jika dengan sepihak gue memutuskan keluar dan mencari pekerjaan lain. 

Dibilang kuat? 

Jujur udah gak kuat, beberapa orang bertingkah layaknya atasan padahal sama2 kuli. Omongan yang kadang tanpa pikir mereka ucapkan yang membuat perasaan sakit ini semakin parah.

Kadang terpikir enak menjadi 
dia, kamu, kalian, mereka. 

Tapi saya ya saya, bukan dia, kamu, kalian ataupun mereka. 

Untungnya saya bukan orang yang pendendam, bukan orang yang lama memaafkan orang lain. 

Saya terima jika ada orang yang menyakiti, 
jika orang itu melemahkan saya, 
jika orang itu menjatuhkan saya,
 jika orang itu melihat sebelah mata saya. 

Saya akan tunjukkan ke mereka kalau mereka akan menyesal telah melakukan itu, melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan terhadap saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Tanpa Alasan