Respect

Memilih teman itu mudah
Memilih sahabat itu sulit
Memilih pasangan hidup pun juga banyak pertimbangan

Semua baiknya kita pasrahkan pada semua takdir-Nya
Karena dalam perjalanannya pasti semua akan terfilter dengan sendiri mana yang baik maupun buruk.
Baik tetap dijaga dan buruk untuk pembelajaran lebih baik kedepannya

Namun kalau sudah beriringan bersama lama tapi kamu baru tau kalau itu hanya sebuah kepalsuan.
Lalu apa yang kamu harapkan?

Terus menjaga namun menyakitkan ataukah melepaskan untuk mengobati luka nya yang sejenak saja?

Aku kira aku sebahagia itu
Dan ku kira kamu sebahagia itu pun bersama saya
Aku dan kamu mungkin memiliki pandangan berbeda
Yang akhirnya memercik
sumbu prasangka buruk menjadi api yang sebenarnya diciptakan untuk menghangatkan bukan membakar

Aku hanya satu sumbu
Namun kamu bagai api itu begitu banyak hingga aku tak tau siapa yang salah disini

Apa aku saja yang disini yang terlalu peduli dengan hati orang lain?

Apa aku saja yang disini yang tidak mau sekalipun bermaksud tidak menghargai perbincangan orang lain?

Apa aku saja disini yang memberikan segala waktuku untuk ada untuk orang lain?

Apa aku saja disini berani mengeluarkan suara untuk berpendapat?

Apa aku saja disini yang mengkhawatirkan orang lain saat semua menunduk acuh?

Apa aku saja disini yang merasa memiliki tanpa orang lain merasa aku melengkapi hidupnya?

Apa aku saja disini yang selalu berkata  semua sesuai dengan yang aku pikirkan?

Banyak orang bilang diam lebih baik.
Namun apakah itu sebaik2nya jika kamu diam lalu memendam kemudian menyampaikan ke orang yang salah?
Apa diam mu dapat meluruskan masalah?
Aku lebih baik melawan arus agar semua selesai dari pada harus mengikuti arus namun tak ada ujungnya.

Aku semakin merasa...

Respect ku ini selalu tak direspon orang lain.
Perasaannya ku memilikimu ternyata hanya untukku seorang.
Waktuku ini hanya kulewati dengan tawa ceria yang sia sia.
Perkataan ku hanya dijadikan opini yang dianggap hanya penutup mulut untuk orang lain berpendapat.
Aku yang terlalu khawatir untuk tak dianggap orang lain hingga akupun tak mau mengacuhkan orang lain.
Aku merasa aku tak pernah melengkapi orang lain kecuali keluargaku.
Dan aku pun semakin merasa tidak semua yang aku pikirkan harus aku jelaskan.

Dan tidak semua masalah yang membelenggu ini harus orang lain pahami.
Karena aku selalu bersyukur dan tersenyum, selagi menguatkan hati berkata....

"Aku lebih kuat darinya.
Aku selalu percaya masalahku jauh lebih ringan dari apa yang Allah berikan kepada orang lain.
Tak perlu sepenjuru negeri ini tau bebanku karena akan semakin mengecilkanku.
Tak perlu keluargaku pun tau proses pembelajaran hidupku"

Biar setiap sesak tangisku terukir dalam diam.

Karena sebaiknya kamu adalah orang yang jauh lebih respect kepada orang lain walau kamu tau jika kamu kelak akan mereka tinggalkan.
Biar penilaian apapun orang lain terhadapmu kelak akan terkonfirmasi sendiri tanpa perlu kamu jelaskan.

Tak perlu kamu berburu menjadi pribadi yang hebat demi pandangan khalayak ramai.
Jika baik saja sudah cukup jika dapat dirasakan nyata oleh orang terdekat.
Dan jangan jadi peminta2 jika kamu mampu memberi.
Sebelum kamu tak mampu memberi saat tangan tak lagi dapat digerakkan.

Tidak ada yang bisa benar2 kamu percayai dari manusia.
Karena perlu proses panjang untuk mencari, mendapatkan dan menjaga nilai kejujuran di hati manusia hingga kamu menemukan "ketulusan"

Karena berharap lebih itu sakit jadi kamu
Bertemanlah seperlunya
Bersahabatlah sekedarnya
Dan mencintailah secukupnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Tanpa Alasan

Sabar